Miris, Kawasan Wisata Jembatan Cinta Tarumajaya MATI SEGAN HIDUP TAK MAU

Antisipasi ambruknya trek jembatan cinta, pengelola untuk sementara waktu menutup akses masuk jembatan cinta

MATAJABAR.COM,TARUMAJAYA Ditutupnya akses masuk jembatan cinta oleh pengelola kawasan wisata pada liburan hari raya Idul Fitri 1443H lalu sampai dalam waktu yang tidak ditentukan, mengejutkan banyak pihak dan mengundang rasa kekecawaan dari ribuan pengunjung yang ingin menikmati keindahan panorama mangrove sebagai alternatif rekreasi wisata bersama keluarga dan orang tercinta di saat hari liburan tiba.

Ironisnya sebagai Pusat Restorasi Pembelajaran Mangrove Kabupaten Bekasi atau yang lebih viral dengan icon wisata Jembatan Cinta, baik dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jabar) maupun Pemerintah Kabupaten (Dinas Pariwisata Kabupaten Bekasi ) seakan meng Amini kondisi tempat wisata tersebut mengalami “Mati Suri”.

Bacaan Lainnya

Hal tersebut disinyalir akibat terrsendatnya pengembangan kawasan Eko wisata Jembatan cinta menjadi kawasan wisata bahari terpadu yang pernah di inisiasi oleh PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkit Muara Tawar bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat di penghujung Tahun 2020 silam.

Banyak trek dan kayu penyanggah jembatan cinta dalam keadaan rusak, patah dan kropos

Pantauan MATAJABAR.COM, sejumlah upaya pernah dilakukan dari pengelola kawasan wisata Jembatan Cinta, mulai dari Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata)  hingga dibawah pengelola Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). Namun  wacana pengembangan selalu terganjal oleh sulitnya birokrasi dan perijinan yang disebut-sebut dari Dinas Kelautan dan perikanan Provinsi Jabar.

Ironisnya, dari DKP Provinsi Jabar justru belum memberikan andil besar dalam pengembangan kawasan wisata jembatan cinta baik alokasi dana perbaikan maupun bantuan perijinan yang bertujuan untuk mengembangkan kawasan wisata jembatan cinta menjadi kawasan wisata bahari terpadu sehingga dapat meningkatnya kesejahteraan masyarakat sekitar sekaligus menjaga kelestarian hutan mangrove

Selain permasalahan siapa yang berkewenangan dalam mengelola dan mengembangkan kawasan wisata bahari terpadu yang terintegrasi dengan tempat pelelangan ikan serta beragam kuliner adalah sangat disayangkannya timbulnya ke ego an kepentingan yang pada akhirnya gagalnya menggali potensi terpendam dalam mewujudkan desa wisata  di Kecamatan Tarumajaya khususnya di Desa Segarajaya.

Ketika pihak pengelola kawasan wisata berhasil menggali modal yang bersumber dari kontribusi dana CSR perusahaan, salah satunya adalah PT Pembangkitan Jawa Bali (PT. PJB Muara Tawar) Lagi-lagi kendalanya dari perijinan yang dimiliki pemerintah pusat (Dinas Kelautan dan Perikan Provinsi Jabar).

Mirisnya lagi ketika ada wacana mengembangkan objek wisata menggunakan bantuan modal yang bersumber dari dana CSR, dana tersebut tidak dapat diserap, padahal dari sejumlah keterangan yang berhasil di himpun MATAJABAR.COM, PT.  PJB melalui Pengelola kawasan Jembatan Cinta siap mengeluarkan dana CSR milyaran Rupiah

Saat berita ini dilansir, sejumlah pemandangan tidak sedap dan memprihatinkan terlihat di sepanjang trek jembatan cinta, banyak sport dan trek yang mengalami kerusakan, patah, kropos dan bahkan ada spot menara yang dibangun dari dana CSR kondisinya hancur mengenaskan.

Dan bahkan belum lama ini, jembatan cinta kembali memakan korban jatuh akibat ulah kenakalan oknum pedagang yang nekat melepas papan penghalang larangan masuk dari pengelola agar tidak jatuh korban karena kondisi pondasi trek yang membahayakan pengunjung.

Hilangnya daya tarik pengunjung, pada akhirnya hanya menjadikan kawasan jembatan cinta hanya menjadi tempat transit bagi wisatawan untuk menghabiskan waktu di Sunge Jingkem atau Sunge Rindu dengan biaya tembahan sebesar 20 sampai 25 ribu perorang untuk dapat menikmati perjalanan wisata bahari dengan perahu wisata.

Pengelola keluarkan dana tiketing senilai 10juta rupiah untuk pembelian kayu perbaikan jembatan cinta secara tambal sulam

Ahmad Yani, ketua Karang Taruna Desa Segarajaya bersama Subur Sukara, Kepala Dusun setempat menyatakan permohonan maafnya atas ketidaknyamanan pengunjung di kawasan wisata jembatan cinta

“Seminggu sebelum liburan, kami para pengelola sudah sepakat untuk menutup sementara akses masuk jembatan cinta tapi tetap membuka akses menuju tempat wisata Sunge Jingkem” jelas Yani saat di konfirmasi MATAJABAR.COM pada Rabu, 18/5/22.

Terkait masalah insiden pengunjung terjatuh karena ambruknya trek jembatan, Yani membenarkan adanya korban jatuh namun itu diluar trek jembatan cinta, dan kejadian tersebut diluar sepengetahuan kami karena adanya oknum pedagang yang sengaja membuka papan penghalang.

“Tapi kami tetap bertanggung jawab dengan mengganti biaya perobatan dan mengganti untuk perbaikan handphone milik pengunjung yang ikut tercebur” katanya menjelaskan

“Sementara kita sudah mengalokasikan dana sekitar 10 juta rupiah dari Kas pengelola untuk pembelian kayu dan biaya perbaikan yang dilakukan secara tambal sulam” ungkap yani

Diakuinya saat ini belum ada pihak yang merasa peduli dengan kondisi jembatan cinta yang sangat memprihatinkan, mulai dari pengelolaan lahan parkir, kelompok perahu dan bantuan dana CSR dari perusahaan, sampai saat ini belum ada kontribusi untuk perbaikan.

Sungguh disayangkan terbengkalainya kawasan wisata yang seharusnya dapat digali kini dalam kondisi mati suri, HIDUP SEGAN MATI TAK MAU (Tahar).

Pos terkait