MATAJABAR.COM. KOTA BEKASI – Pilkada serentak Kota Bekasi 2024 dihelat rentang waktu yang masih lama atau tiga tahun lagi. Namun sudah dua lembaga survei melansir hasil surveinya kepada publik. ” Ya anggap saja hiburan dan pemanasan jelang Pilkada. Ada kalanya survei juga untuk menframing kepentingan kandidat terutama munculnya nama- nama baru yang kurang populis,” jelas Pemerhati Kebijakan Publik Bekasi, Didit Susilo.
Dia menyarankan agar masyarakat lebih kritis dan cerdas, tidak berlebihan menyikapi hasil survei yang dilakukan menjelang Pilkada 2024 yang masih fluktuatif dan hanya bumbu – bumbu pemanasan politik.
“Dalam survei itu masih berpeluang menjadi medium pembentukan sugesti, framing dan opini terhadap figur yang dimunculkan. Kan ada juga survei atas permintaan pihak tertentu. Itu wajar saja,” ungkapnya.
Menurutnya, kekritisan bisa dibangun dengan menilik inisiator survei, figur-figur yang dimunculkan, parameternya dan metodologinya.
Didit mengingatkan, survei popularitas dan elektabilitas figur untuk ditawarkan dalam Pilkada memiliki berbagai latar belakang. Salah satunya, membentuk sugesti masyarakat terhadap figur tertentu atau menframing nama baru sebagai penjajakan. ” Ini juga untuk kepentingan para kandidat sebagai informasi dan referensi tingkat pertama masyarakat. ” Maka jangan terkecoh,” sarannya.
Didit mencontohkan dalam dua lembaga survei yang sudah dirilis terjadi perbedaan hasil yang mencolok untuk figur top of mind. Dalam survei pertama bulan lalu elektabilitas petahana satu-satunya Wakil Walikota Bekasi Tri Adhianto mendapatkan elektabilitas 26 persen. Kemudian baru-baru ini hasil survei Centre for Indonesia Strategic Action (CISA) elektabilitas Tri Adhianto sebesar 33,74 persen jika Pilkada digelar hari ini. ” Data ini menunjukan selisih yang cukup mencolok dalam rentan hanya beberapa Minggu dua lembaga survei yang berbeda,” jelasnya.
Kemudian terkait hasil survei CISA untuk kepuasan publik terhadap kinerja Pemkot Bekasi yang notabene dipimpin Walikota Bekasi Rahmat Effendi dan wakilnya Tri Adhianto didapat 51, 44 persen masyarakat Kota Bekasi tidak puas dan 48,56 persen menyatakan puas hasil kinerja mereka berdua.
Hal itu berbanding terbalik dengan hasil elektabilitas yang diperoleh Tri Adhianto sebesar 33, 74 persen sementara tingkat kepuasan publik terhadap walikota- wakil walikota hanya 48,56 persen. ” Hasil variabel data tersebut sah-sah saja dan wajar. Secara teoritis tingkat kepuasan publik akan mempengaruhi elektabilitas Wakil walikota Tri Adhianto sebagai petahana satu-satunya atau seperti efek ekor jas dalam politik,” pungkasnya.